Download Soal Soal UNAS

02 February 2010

Untuk mempersiapkan Ujian Nasional (UN), maka di butuhkan jam terbang latihan soal-soal dalam hal ini khususnya siswa SMP/MTs, bagi yang membutuhkan bisa unduh disini

Bhs Indonesia
Bhs Inggris
Matematika
IPA

Semoga bermanfaat
Baca Terus...

Ucok Aka Harahap Selamat Jalan

03 December 2009

Surabaya (ANTARA News) - Sosok vokalis grup musik rock AKA, Ucok Harahap, yang tenar selama dua dasawarsa sejak era 70-an dan meninggal dunia Kamis pukul 05:30 WIB, dinilai layak mendapat penghargaan sebagai warga kehormatan Kota Surabaya.
"Kami sebagai warga Kota Surabaya merasa kehilangan atas kepergian Ucok yang dalam setiap penampilannya selalu menyatakan kebanggaannya sebagai warga Kota Surabaya. Karena itu, kami meminta Pemkot memberikan penghargaan kepada Ucok sebagai warga kehormatan Surabaya," kata Ketua Dewan Kesenian Surabaya (DKS) Sabrot D.Malioboro, Kamis.

Ia menyatakan amat terkesan terhadap semangat yang diperlihatkan penyanyi rock yang memiliki nama asli Andalas Datu Oloan Harahap atau dikenal sebagai Ucok Harahap itu dengan jenis musiknya yang ingar bingar dan diidolakan anak muda pada tiga dekade silam tersebut.
"Sampai akhir hayatnya, Ucok tidak pernah melepas jati dirinya sebagai vokalis rock. Konsistensi inilah yang perlu diteladani oleh para pemusik muda saat ini," katanya.
Sabrot juga sangat terkesan oleh perilaku Ucok sehari-hari. "Meski di panggung dikenal eksentrik karena selalu mengangkut peralatan unik yang tidak ada kaitannya dengan musik, seperti roda pedati, namun hatinya lembut," katanya.
Menurut dia, Ucok sering terlihat bergaul dan ngobrol santai dengan para tukang becak yang mangkal di sekitar Apotek Kaliasin di Jalan Kaliasin (kini Jln. Basuki Rahat).
Nama apotek milik Ismail Harahap, ayah Ucok, itu kemudian diadopsi menjadi nama grup musik dan disingkat menjadi AKA. Selain Ucok yang juga dikenal sebagai pemain keyboard, grup AKA juga diawaki musikus Sunatha Tanjung (gitar), Arthur Kaunang (bass) dan Sjech Abidin (perkusi).
Sekitar tahun 1982, Ucok yang dalam setiap penampilannya terinspirasi penyanyi negro, Jimmy Hendrix, termasuk model rambutnya yang keriting, kemudian membentuk "Duo Kribo" bersama Ahmad Albar dan meninggalkan AKA yang kemudian berganti nama menjadi SAS, akronim dari Sunatha, Arthur, Sjech Abidin.

Baca Terus...

Upaya Menanamkan Nilai-Nilai Perjuangan Kepahlawanan

08 November 2009

Apa yang sudah kita perbuat untuk bangsa ini, berikut cuplikannya,
Masyarakat berkali-kali dipertontonkan ‘sandiwara’ perjuangan dan kepahlawanan dari seorang calon legislatif. Pada waktu kampanye para calon legislatif berlomba-lomba untuk ‘bersandiwara’ menjadi orang yang paling dermawan, paling perhatian, paling bisa dipercaya, paling sadar terhadap nilai-nilai moral, dan paling siap untuk berjuang menegakkan nilai-nilai itu, paling pahlawan dalam membela kepentingan masyarakat. Namun begitu terpilih menjadi wakil masyarakat/ wakil rakyat kebanyakan lupa dengan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan. Dan tidak jarang nilai-nilai perjuangan moral itu berubah menjadi nilai-nilai materi saja. Atau bahkan ada yang bertujuan materi namun dibungkus dengan nilai-nilai moral kebangsaan. Masyarakatpun menjadi praktis, menggeser nilai-nilai moral kejuangan menjadi nilai-nilai materi “keuangan”, pertemanan dan kekeluargaan.

Masa sebelum reformasi, pemilu dibuat sandiwara oleh penguasa, nilai-nilai perjuangan dibelokkan sebagai legitimasi kekuasaan, kini setelah reformasi pemilu dibuat sandiwara oleh rakyat; nilai-nilai perjuangan moral kebangsaan dibelokkan menjadi nilai-nilai materi ‘keuangan’, pertemanan atau kekeluargaan.

Ada Apa dengan nilai kebangsaan?

Schwartz (1994) mendefinisikan nilai sebagai berikut : Value as desireable transituational goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of person or other social entity.

Nilai adalah suatu tujuan akhir yang di inginkan, mempengaruhi tingkah laku, yang digunakan sebagai prinsip atau panduan dalam hidup seseorang atau masyarakat. Bisa dikatakan bahwa Nilai-nilai pada hakikatnya merupakan sejumlah prinsip yang dianggap berharga dan bernilai sehingga layak diperjuangkan dengan penuh pengorbanan. Jika seseorang hanya memperjuangkan nilai-nilai pribadi sering disebut indivudualis, namun jika seseorang memperjuangkan nilai-nilai sosial sering disebut pejuang atau pahlawan (orang yang banyak pahalanya).
Nilai-nilai merupakan representasi dari kognitif dari persyaratan hidup manusia dan dapat bergeser karenanya. Tiga tipe persyaratan itu yaitu :

1. Kebutuhan individu sebagai organisme
2. Persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi interpersonal
3. Tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan kelangsungan hidup kelompok. (Schwartz 1992,1994)

Nilai-nilai Perjuangan Bangsa Indonesia

Dengan melihat definisi nilai tersebut, maka dalam konteks ke Indonesiaan, kita bisa menyebutkan bahwa nilai-nilai perjuangan dan kepahlawanan yang dapat mempersatukan bangsa ini terbagi menjadi dua yaitu :

1. Sebelum kemerdekaan nilai-nilai itu terangkum dalam istilah MERDEKA. Merdeka ini dianggap amat bernilai tinggi dan menjadikan wilayah jajahan Hindia Belanda bersatu padu. Menghilangkan sisi-sisi perbedaan dan mengedepankan toleransi. Kata-kata merdeka begitu di rindukan oleh semua pihak, mulai dari gerakan Budi Utomo, Serikan Islam, Sumpah Pemuda dan perjuangan-perjuangan lokal yang lain.
2. Setelah merdeka di carilah semua kepentingan suku-bangsa ini melalui wakil-wakilnya dan semua sepakat untuk menjunjung tinggi kesamaan nilai-nilai yang terangkum dalam istilah PANCASILA (lima sila/point). Suatu nilai dasar yang telah digali ini, diambil dari semua golongan yang ada dan kemudian ditetapkan sebagai dasar kesepahaman untuk bergabung dan menyatukan diri dalam suatu negara yaitu negara Indonesia. Lima Sila perjuangan yaitu :

1. Ke Tuhaan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dari nilai-nilai kejuangan yang didasari rasa cinta ini muncul semangat juang dan semangat kepahlawanan: yaitu
1. rela berkorban,
2. teguh
3. ulet,
4. percaya diri.

Pertanyaannya sekarang adalah

1. masihkan ke lima nilai tersebut menjadi nilai-nilai yang diperjuangkan oleh segenap bangsa Indonesia?
2. Bagaimanakah kondisi bangsa ini?
3. Jika sudah terjadi pergeseran : nilai yang manakah yang telah bergeser?.

Lunturnya Semangat Juang Karena Bergesernya Pemahaman Nilai-nilai Perjuangan

Pasca reformasi usaha pemahaman Ideologi bangsa menjadi pudar sebagai arus balik dari pemaksaan pemahaman ideologi bangsa yang dipaksakan pada masa orde baru. Bahkan kini orang membaca dan berbicara Pancasila seakan malu-malu dan tanpa makna, tidak lebih hanya seremoni belaka.

Hubungan dengan nilai-nilai /penafsiran lama (P4) putus, tetapi belum tumbuh nilai penafsiran baru, sehingga muncul priode yang disebut oleh khoiri sebagai vakum keyakinan. Semangat juang tidak lagi berkobar, yang dominan adalah semangat mengedepankan kepentingan pribadi atau golongan.

Khususnya sila ke lima : keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; serasa sekarang ini jauh dari kenyataan. Yang kaya amatlah kaya dan yang miskin tidak punya apa-apa. Masyarakat menjadi semakin bingung dengan penyelenggaraan negara yang korup dan mempertinggi jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin.

Kondisi seperti ini menjadikan tidak adalagi fokus perjuangan yang jelas yang di perparah dengan adanya Globalisasi dan Otonomi yang kehilangan orientasi.

1. Globalisasi

Saat pamor idiologi bangsa merosot inilah, kita juga gagap menghadapi pusaran kuat globalisasi ekonomi pasar sebagai bagian dari arus kapitalisasi yang menjunjung tinggi kekuatan materi. Dalam kondisi semacam ini masyarakat menjadi bingung nilai-nilai apa yang akan dijunjung tinggi

Kita merasakan krisis multidimensional melanda kita, di bidang politik, ekonomi, hukum, nilai kesatuan dan keakraban bangsa menjadi longgar, nilai-nilai agama, budaya dan ideologi terasa kurang diperhatikan, terasa pula pembangunan material dan spiritual bangsa tersendat, discontinue, unlinier dan unpredictable.

Dalam keadaan seperti sekarang ini sering tampak perilaku masyarakat menjadi lebih korup bagi yang punya kesempatan, bagi rakyat awam dan rapuh tampak beringas dan mendemostrasikan sikap antisosial, antikemapanan, dan kontraproduktif serta goyah dalam keseimbangan rasio dan emosinya.

2. Otonomi yang kehilangan orientasi

Otonomi daerah yang berorientasi mensejahterakan rakyat, dengan memberikan kelonggaran masing-masing daerah mengelola sumber dayanya sendiri ternyata justru banyak memunculkan nasionalisme etnis. Sentimen kedaerahan menonjol. bagi daerah yang mampu, kemampuan daerah dugunakan untuk mensejahterakan wilayahnya sendiri, namun bagi wilayah yang kurang mampu, kekurangannya tersebut digunakan untuk meminta bantuan dan belas kasihan pihak-pihak lain. Masing-masing sibuk mengurus diri sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan nasional. Mimpi Negara modern yang bertumpu pada civic- nationalism direduksi kedalam spirit ethno nationalism. Solidaritas kebangsaan menurun, digeser oleh solidaritas primordial atas nama SARA.) Jika terjadi musibah di suatu daerah, daerah lain tidak meresa terpanggil membantu, namun justru mengandalkan bantuan pusat dan lembaga-lembaga bantuan dunia.

Usaha Menanamkan Nilai-Nilai Perjuangan Kepahlawanan dalam rangka Peningkatan Persatuan dan Kesatuan Bangsa

1. Penyadaran, pengenalan dan penafsiran kembali Ideologi terbuka Pancasila sebagai nilai-nilai yang harus diperjuangkan; dan Landasan Konstitusional UUD.45 sebagai garis perjuangan, pada seluruh lapisan masyarakat. Terutama pasal 5 keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bisa tajamkan kembali dan dijadikan fokus dalam perjuangan pasca reformasi. Apakah dengan cara pemberian jaminan hidup layak bagi semua rakyat meliputi hak-hak dasar papan, sandang, pangan dan keamanan ditambah jaminan pendidikan dan kesehatan. Inilah tujuan civic nationalism ataupun welfare society. Dimana

2. Desentralisasi / Otonomi daerah yang harus dikendalikan oleh nilai-nilai kebangsaan. Otonomi daerah harus di dasari oleh pemikiran bersama untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalamnya terkandung terjaminnya kesejahteraan bersama. Dalam konsep otonomi ini tidak mustakhil daerah yang makmur membantu daerah yang tergolong miskin atas dasar nilai-nilai keadilan sosial. Ada payung hukum yang mewajibkan daerah yang sudah makmur untuk membantu saudaranya di daerah yang masih miskin.
3. Desentralisasi pendidikan yang dilandasi dengan kesadaran mencapai tujuan nasional. Pendidikan dikelola dan di isi dengan dasar pemberian keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tidak ada pembedaan antara sekolah bagi masyarakat mampu dan sekolah bagi masyarakat miskin, yang boleh membedakan hanyalah minat dan kemampuan siswa.
4. Konstitusi yang mengabdi pada kepentingan bangsa.
Harus ditanamkan kesadaran bagi pembuat konstitusi agar mendasarkan diri pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Konstitusi jangan dijadikan sebagai tameng untuk memperkaya pribadi atau golongan. Jangan pula sebagai tameng melanggengkan kekuasaan.
5. Politik yang dilandasi kepatuhan terhadap konstitusi.
Para pelaku politik harus diberi kesadaran keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sehingga dalam menjalankan politik tidak berlindung dibalik konstitusi dan tidak memutar balikkan konstitusi apalagi dengan sengaja melanggar konstitusi.
Dengan demikian dapat disebut bahwa para pejuang saat ini adalah mereka yang bersungguh-sungguh, rela berkorban, teguh pendirian ulet dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan mereka bisa perprofesi sebagai pengusaha, pelajar,pejabat, guru, dosen dan apapun profesinya. Mereka yang dapat mengharumkan nama bangsa, mengangkat harkat dan martabat bangsa dimata dunia, dan yang membela kesejahteraan rakyat dengan di jiwai semangat kejuangan.
Inilah pahlawan bangsa pada era sekarang ini. SEJAHTERA !!! SEJAHTERA!!! SEJAHTERA!!!.
Oleh Sofa Muthohar, M.Ag
dikutip dari :http://www.averroes.or.id
Baca Terus...

Happy Birthday Google

27 September 2009


SAN FRANSISCO - Jika biasanya Google memajang logo berkaitan dengan peristiwa istimewa yang terjadi di sekitarnya, kali ini Google memasang logo Google yang unik untuk merayakan hari spesial untuk dirinya sendiri

Tepat pada hari ini, 27 September 2009 Google merayakan hari jadinya yang ke-11 tahun. Untuk merayakannya, Google secara khusus mengganti huruf "L" pada logo Google menjadi angka 11, sesuai dengan jumlah tahun yang menjadi hari jadi Google.

Mashable, Minggu (27/9/2009) melansir, yang menarik dari peristiwa ini bahwa sebenarnya ultah tahun resmi Google hingga saat ini masih diperdebatkan. Beberapa pihak ada yang menyebutkan bahwa ultah Google jatuh pada 15 September 1997, yaitu hari dimana domain Google.com resmi terdaftar di dunia maya.
Sementara itu, keterangan lain menyebutkan bahwa Google mendaftarkan dirinya sebagai sebuah bentuk perusahaan pada September 1998. Berkas pengajuan izin perusahaan didaftarkan oleh Google pada 4 September.

Selanjutnya, ada yang menyebutkan hari jadi Google jatuh pada 7 September. Namun kini, dunia teknologi dan internet merayakan hari jadi Google tepat pada 27 September.

Untuk menjelaskan ketidakkonsistenan ini, dalam FAQ Google mencantumkan keterangan berbunyi: ? Google opened its doors in September 1998." The exact date when we celebrate our birthday has moved around over the years, depending on when people feel like having cake.?

Dalam keterangan tersebut Google menegaskan bahwa meski perayaan hari jadi Google sering berubah-ubah, namun yang jelas Google pertamakali lahir pada September 1998. Perayaan ultah Google bergantung kapan hari yang paling menyenangkan bagi orang-orang untuk merayakannya. Pada tahun ini, Google mengganti logonya pada 27 September. Artinya, tanggal ini telah diambil sebagai tanggal resmi merayakan hari jadi Google ke-11. (rah)

Mudah-mudahan dengan bertambahnya usia paman google semakin menambah fasilitas yang memang sangat membantu para netter.

Baca Terus...